Pilu! Ketika Janda Tua Desa Pauh Terenja Tak Dapat Bansos, Siapa Yang Salah?

0
18

Mukomuko,Poroskeadilan.com – Pemerintah pusat saat ini sudah menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan. Namun, dari sekian banyak penerima bansos, ada beberapa warga kurang mampu yang tidak terdata.

Salah satunya adalah Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang kini aturannya diubah menjadi bantuan uang tunai sebesar Rp600 ribu. Sedang BLT desa 300 ribu

Ada satu orang janda tua yang belum pernah menerima bantuan sama sekali, kesehariannya hanya bekerja serabutan dan tinggal di rumah yang bisa dikatakan sangat sederhana. Pencairannya dilakukan hampir serentak di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten Mukomuko.

Rosleni mengaku sempat mendapatkan bansos beberapa kali tetapi tak jelas, dan kini bantuan sudah tidak ada lagi. Sedangkan, kata dia, ada warga di desanya yang bisa dikategorikan orang mampu mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.

Hal ini sebetulnya tidak harus terjadi karena yang bertugas mendata dan memvalidasi data yang layak untuk dikategorikan layak menerima bansos dan tidaknya ada di lingkup Pemerintah Desa itu sendiri, hal ini tentunya sangat disayangkan. Rosleni (58), hidup serba kekurangan. Ia hidup di rumah sederhana.

Rosleni, tinggal dengan anak satu orang, Indra sukma (22), yang juga tidak bekerja, serta jenjang sekolah hanya sekolah Dasar ( SD). Yang tinggal di Desa Pauh Terenja Kecamatan XIV Koto Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu.

Rosleni dan anak nya tak tersentuh bantuan pemerintah baik itu PKH Selama bertahun-tahun, mereka tak pernah mendapatkan bantuan apapun, baik pun dari desa juga tidak pernah.

Rosleni, bekerja hanya memelihara kambing empat ekor, itu pun tidak mencukupi bahan sehari hari. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia menunggu panen sawit nya yang hanya 10 batang.

“saya janda sudah hampir 10 tahun belum pernah dapat bantuan. Saya juga janda tapi enggak terdaftar bantuan. Sudah pernah didata untuk dapat bantuan sama Desa tapi juga tidak ada bantuan,”kata Rosleni saat ditemui di kediamannya, Rabu (1/2/2023).

Ia mengaku tak mengerti kenapa keluarganya dibedakan oleh pengurus Desa. Padahal kondisi ia dan sang anak yang tidak normal pikiran, bukan orang berkecukupan.

“Jangankan buat berobat untuk anak, buat makan saja sulit. Saya enggak tega lihat anak saya apa bila sakitnya timbul,” terangnya. Ia berharap banyak pihak yang ikhlas membantu Keluarganya.(Zulkifli/3z)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini